Sejarah CU Kasih Sejahtera

Titik Awal yang Inspiratif

Pada bulan Juni 2006 Rm Urbanus Hala,Pr yang saat itu sebagai Sekertaris ll Komisi PSE KWI mendaftar menjadi anggota CU Bererod Gratia Jakarta. CU Bererod Gratia Jakarta adalah  salah satu CU Primer dari BKCU Kalimantan yang berada di Jakarta. 

Orang kedua yang ikut bergabung menjadi anggota CU Bererod Gratia Jakarta adalah Rm. Vinsen Naben,Pr  saat mengikuti Konsultasi Nasional  Karina Indonesia di Sawangan- Jakarta pada tanggal 23-26 Juli 2006 bersama Rm urbanus Hala Pr.

Sekembali dari Rapat Karina KWI, Rm Urbanus Hala pr menginformasikan dan mengajak beberapa orang dari Keuskupan Atambua untuk bergabung menjadi anggota CU  Bererod Jakarta karena sistim pengelolaannya sangat professional dan menyerupai sistim perbankan. 

Mereka yang ikutbergabung menjadi anggota CU Bererod adalah: Bapak Herman Abatan, Bpk Yosef M.L. Hello, Bpk Nikolas Tnano, Bpk Gregrius Am Isa, Bpk Kristoforus Eduk, Ibu Godelfia Abuk, Josephina Kelen,Rm Stefanus Boisala,Pr, Rm Stefanus Bria,Pr, Bapak Yakobus Badj ( Eban), Bapak Vinsen Loe dan Bapak Mikhael Leoape.

Saat itu belum terpikirkan bahwa suatu kelak akan membuka CU yang sama di Keuskupan Atambua. Tetapi yang Rm Urbanus Hala,Pr pikirkan adalah supaya dari Atambua pun dapat mengenal dan bergabung dengan CU Bererod   Gratia Jakarta untukmengembangkan kesejahteraan hidup. Lebih lanjut  mulai tumbuh sikap saling percaya  dan kerjasama antar kami.

Refleksi Sidang KWI Nopember 2006.

Pembelajaran hari-hari refleksi sidang KWI Nopember 2006 menghasilkan Nota Pastoral Konferensi Waligera Indonesia ( KWI) 2006 berjudul: HABITUS BARU: EKONOMI YANG BERKEADILAN.

Para Uskup  menjadikan Nota Pastoral 2006 ini sebagai bahan penting proses pembelajaran dan penghayatan iman dalam dimensi sosial-ekonomi.

Selain itu atas dasar proses pembelajaran itu diharapkan kelompok-kelompok umat basis bekerja sama dengan semua orang yang berkehendak baik dan berlangkah bersama menjadi pelopor dan penggerak usaha ekonomi berkeadilan yang menyejahterakan lingkungan sekitarnya.

Dari hasil sharing, para uskup juga menyadari bahwa sudah ada sejumlah inisiatif yang patut dijadikan dasar untuk membangun lebih lanjut perekonomian rakyat, misalnya Komunitas Basis Gerejawi, Aksi Puasa Pembangunan (APP), Hari Pangan Sedunia (HPS) dan Koperasi-koperasi umat antaranya Koperasi Kredit dan Credit Union ( CU).

Koperasi-koperasi Umat hendaknya dikelola sebagai bentuk usaha bersama yang memperhatikan secara khusus kelompok warga miskin yang berpotensi dan mampu secara aktif melakukan usaha ekonomi tetapi tidak memiliki modal. ( Nota pastoral KWI 2006 hal 40-41).

Pada saat itu  juga disharingkan bahwa Credit Union (CU) yang dikembangkan di Kalimantan cukup berkembang baik dan menjadi tempat pembelajaran  bagi banyak koperasi dan Credit Union di Indonesia ini.

Sharing sidang KWI itu diinformasikan oleh uskup Atambua,Mgr. Anton Pain Ratu,SVD ketika membawakan arahan pada pembukaan sidang Dewan Pastoral Keuskupan Atambua (KA) di Emaus, 26-30 November 2006.

Setelah menyampaikan arahannya, Uskup Anton meminta Panitia Pengembangan  Sosial Ekonomi (PPSE) Keuskupan Atambua sebagai perangkat gereja yang membidangi social ekonomi untuk mengupayakan adanya lembaga CU paradigma baru itu.

Rm Urbanus Hala,Pr adalah ketua komisi Pengembangan Sosial Ekonomi ( PSE) Keuskupan Atambua sekaligus sebagai direktur Panitia Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan  Atambua (PPSE-KA).